Hari ini saya bersilaturrahim ke desa tetangga, menyampaikan pesan Ilahi walau hanya satu ayat. Tidak terlalu jauh, lebih kurang satu jam perjalanan dari rumah.
Pagi-pagi sekali sekali sudah bersiap-siap. Setelah mandi ternyata hidangan dimeja sudah siap, bahagia sekali rasanya. Tidak harus kesana-kemari mencari makanan untuk sarapan.
Di rumah dari dulu memang punya kebiasaan disetiap paginya selalu ada makanan di atas meja. Baik yang ada kegiatan diluar maupun tidak semua biasanya ngumpul sambil sarapan. Bahagia sekali rasanya.
Setelah semua siap saya berangkat, hanya butuh beberapa menit saja untuk keluar ke jalan raya. Tidak lama mobil luxio menghampiri. Dan sayapun naik. Senang sekali rasanya. Tidak kepanasan apa lagi kehujanan. Walau belum punya mobil, tapi serasa sudah punya mobil.
Sampai disana, saya dijemput dengan sepeda motor untuk sampai ke lokasi. Tidak ada akses mobil untuk samapai ke lokasi, yang ada hanya ojek. Makanya saya dijemput. Alhamdulillah, yang menjemput tidak telat. Senang sekali rasanya.
Lebih dari 30 menit naik sepeda motor, sepanjang perjalanan saya melihat ke kiri- dan ke kanan. Memperhatikan desa yang dilalui. Ini desa yang sebelumnya belum pernah saya masuki. Desa yang terletak disamping sungai besar. Apalagi sekarang, airnya lagi naik. Maklum musim hujan. Jakarta saja banjir,hehe.
Tiba di masjid, kita disambut dengan penuh senyuman. Senang sekali rasanya jika mereka bahagia dengan kehadiran kita. Masjidnya masuk katagori MSS (Masjid Sangat Sederhana). Sudah hampir kena banjir. Tapi belum, dan insya Allah tidak tidak banjir.
Semua antusias, ada yang hadir dengan menaiki perahu, karena rumahnya ada diseberang sana. Saya lama termenung melihat mereka, sudah lama rasanya tidak menaiki perahu, terahir saya naik perahu di desa Saliguma, kepulauan Mentawai dalam safari ramadhan tahun kemaren. Ada juga yang berjalan kaki hingga 2km, karena jalanan becek tidak bisa dilalu sepeda motor, sehingga dengan senang hati harus berjalan.
Satu jam saya berbicara, dan satu jam itu tidak ada yang mengantuk, apalagi tidur. Bahagia sekali rasanya. Bahkan ketika saya mau mengakhiri pembicaraan ada ibu-ibu yang berteriak bahwa zuhur masih lama. Mungkin maksudnya biar ceramahnay dilanjutkan.
Tapi orang bilang, yang penting itu adalah kemauan untuk mengamalkan, bukan hanya lama mendengar cerama. Setelah disudahi dengan salam, kita akhiri pertemuan dengan makan bersama.
Sederhana saja, setiap mereka ternyata membawa makanan sendiri-sendiri, lalu kemudian dikumpulkan dan dimakan bersama. Bahagia sekali rasanya melihat kerukuan yang ditontonkan.
Setelah pamitan dengan kepada desa setempat dan pengurus masjid ahirnya sayapun diantar lagi kedepan untuk pulang. Jalan pulang lebih singkat, karena kita ambil jalan lain.
Tidak lama setelah saya diantar ke jalan raya, mobil avanza menghampiri. Dan bahagia sekali rasanya. Walau belum punya mobil tapi serasa sudah mempunyainya. Kerasa nyamannya setelah badan lumayan kecapean.
Dan ketika saya menulis ini tiba-tiba saya dapet ice cream, ada kakak yang baru pulang dari Indoma**,yang mau tinggal angkat tangannya saja ya, hehehe. Bahagia sekali rasanya.
Beginilaha cara saya menikamati hidup. Bersyukur dengan apa yang ada bersama kita. Sederhana saja, ternyata bahagia itu ada dimana-mana. Meminjam istilah Jamil Azzaini, bahagia itu dekat sekali.
Wallahu A'lam Bisshowab
M. Saiyid Mahadhir
Posting Komentar