Bahagia Itu Dekat Sekali (Bag. 1)


Bahagia itu dekat. Yup! Saya sepakat dengan apa yang ditulis oleh Kek Jamil Azzaini itu. Ia sangat dekat dengan kita, dimanapun dan kapanpun ia sebenarnya ada, berlalu-lalang dihadapan kita, bak sederet mobil indah di Ibu kota yang terus bertambah memenuhi jalan-jalan raya. 

Ketika saudara lulus ujian tes masuk pascasarjana UI, betapa bahagia kami. Akhirnya impian puluhan tahun itu terwujud. Menimbah ilmu di kampus yellow jacket bersama guru-guru besar. Tidak lama setelah itu saya sendiri di wisudah, lulus dari pascasarjana, mendapat sebutan Magister Agama, bahagia sekali, walau dalam acara yang sacral itu kedua orang tidak bisa hadir.

Ketika di-sms Bapak apakah bisa pulang lebaran ini? waktu itu saya belum bisa memastikannya, salah satu sebabnya kosongnya dompet dari nilai rupiah, tapi ternyata sa’at saya menulis ini saya sedang berada ditegah-tengah keluarga besar, bahagia sekali rasanya. Apalagi bisa sedikit berbagi rezki dengan beberapa helai baju untuk mereka berlebaran. 

Kebahagiaan itu semakin terasa ketika diri ini dipercaya untuk menjadi khotib idul adha disalah satu desa tetangga, berbagi cerita tentang perjuangan serta pengorbanan Ibrahim as, membesarkan Isma’il, membagun ka’bah serta membangun peradaban dunia. 

Hari ini, kami berkumpul dirumah nenek, berkumpul bersama keluarga besar dari Bapak, makan bersama serta bercengkrama dengan penuh canda dan tawa. Bahagia sekali. Apa lagi melihat tingkah si kembar; Fa’iz dan Fa’izah yang sekarang sudah bisa berbicara dengan bahasa Ibunya.

M. Syahid Ramdha; keponakan pertama kami yang terlahir 1 ramadhan kemarin kini sudah bisa tersenyum, bahkan mudah sekali tersenyum, tak ayal kebahagiaan itu seakn semakin mudah di dapat, hanya dengan melihatnya dia tersenyum kami sudah bahagia.

Teman satu pesantren yang kemarin melanjutkan studinya ke Al-Azhar, Kairo, Mesir, bercerita bahwa sebentar lagi dia mau menikah dengan seorang akhwat yang ternyata dia adalah tetangga saya di kampung. Teman satu lagi yang sekarang sedang menyelesaikan studi pascanya di Sudan juga bercerita bahwa ia juga ingin menikah, calonnya kandidat Doktor, bro. Subhanallah. Bahagia sekali mendengar mereka bahagia. Dan satu lagi teman saya, dia adalah seorang hafizh yang juga bercerita bahwa nanti diujung tahun ini dia juga akan mengambil setengah agamanya. 

Ternyata, bahagia itu memang ada dimana-mana. Tidak usah risau mencari kebahagiaan, ia sebenarnya sudah dekat denganmu. Bahkan mungkin sekarang sudah bersamamu, hanya mungkin kamu belum tersadarkan tentang itu. Ini cerita bahagiaku, mana cerita bahagiamu? “Dan terhadap nikmat Tuhan-Mu, maka sebutlah” (Qs. Ad-Dhuha: 11)

Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Saiyid Mahadhir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger