Bahagia itu dekat. Yup! Saya sepakat
dengan apa yang ditulis oleh Kek Jamil Azzaini itu. Ia sangat dekat dengan
kita, dimanapun dan kapanpun ia sebenarnya ada, berlalu-lalang dihadapan kita,
bak sederet mobil indah di Ibu kota yang terus bertambah memenuhi jalan-jalan
raya.
Ketika saudara lulus ujian tes masuk
pascasarjana UI, betapa bahagia kami. Akhirnya impian puluhan tahun itu
terwujud. Menimbah ilmu di kampus yellow jacket bersama guru-guru besar. Tidak
lama setelah itu saya sendiri di wisudah, lulus dari pascasarjana, mendapat
sebutan Magister Agama, bahagia sekali, walau dalam acara yang sacral itu kedua
orang tidak bisa hadir.
Ketika di-sms Bapak apakah bisa pulang
lebaran ini? waktu itu saya belum bisa memastikannya, salah satu sebabnya
kosongnya dompet dari nilai rupiah, tapi ternyata sa’at saya menulis ini saya
sedang berada ditegah-tengah keluarga besar, bahagia sekali rasanya. Apalagi
bisa sedikit berbagi rezki dengan beberapa helai baju untuk mereka berlebaran.
Kebahagiaan itu semakin terasa ketika
diri ini dipercaya untuk menjadi khotib idul adha disalah satu desa tetangga,
berbagi cerita tentang perjuangan serta pengorbanan Ibrahim as, membesarkan
Isma’il, membagun ka’bah serta membangun peradaban dunia.
Hari ini, kami berkumpul dirumah nenek,
berkumpul bersama keluarga besar dari Bapak, makan bersama serta bercengkrama
dengan penuh canda dan tawa. Bahagia sekali. Apa lagi melihat tingkah si
kembar; Fa’iz dan Fa’izah yang sekarang sudah bisa berbicara dengan bahasa Ibunya.
M. Syahid Ramdha; keponakan pertama
kami yang terlahir 1 ramadhan kemarin kini sudah bisa tersenyum, bahkan mudah
sekali tersenyum, tak ayal kebahagiaan itu seakn semakin mudah di dapat, hanya
dengan melihatnya dia tersenyum kami sudah bahagia.
Teman satu pesantren yang kemarin
melanjutkan studinya ke Al-Azhar, Kairo, Mesir, bercerita bahwa sebentar lagi
dia mau menikah dengan seorang akhwat yang ternyata dia adalah tetangga saya di
kampung. Teman satu lagi yang sekarang sedang menyelesaikan studi pascanya di
Sudan juga bercerita bahwa ia juga ingin menikah, calonnya kandidat Doktor,
bro. Subhanallah. Bahagia sekali mendengar mereka bahagia. Dan satu lagi teman
saya, dia adalah seorang hafizh yang juga bercerita bahwa nanti diujung tahun
ini dia juga akan mengambil setengah agamanya.
Ternyata, bahagia itu memang ada
dimana-mana. Tidak usah risau mencari kebahagiaan, ia sebenarnya sudah dekat
denganmu. Bahkan mungkin sekarang sudah bersamamu, hanya mungkin kamu belum
tersadarkan tentang itu. Ini cerita bahagiaku, mana cerita bahagiamu? “Dan
terhadap nikmat Tuhan-Mu, maka sebutlah” (Qs. Ad-Dhuha: 11)
Posting Komentar